Thursday, September 22, 2011
Tuesday, July 26, 2011
Kisah-kisah Teladan dari Para Imam Maksum As
Kisah-kisah Teladan dari Nabi Muhammad Saw
Nabi Muhammad Mustafa Saw
Lahir: Makkah, 17 Rabi-ul-Awwal 52 SH
Wafat: Madina, 28th Safar 11 H
Dikebumikan di Madina
1. Wanita Tua Yang Mendapatkan Pelajaran Berharga
Nabi Muhammad Saw merupakan seorang yang sangat baik hati dan tidak pernah marah kepada meskipun orang-orang berlaku buruk terhadapnya.
Konon pada suatu waktu, terdapat seorang wanita tua yang sangat buruk perangainya. Ia selalu melemparkan sampah ke arah Nabi Muhammad Saw bilamana Nabi Saw lewat di hadapan rumahnya.
Nabi Saw biasa lewat di hadapan rumah nenek tua tersebut setiap pagi bilamana beliau bertolak menuju ke masjid dan setiap pagi wanita jahat ini biasa melemparkan sampah kea rah Nabi Saw akan tetapi Nabi Saw tidak pernah marah kepadanya.
Tapi suatu hari, keadaan berubah. Kali ini Nabi Saw melewati rumah wanita tua tersebut, tidak ada lemparan sampah yang ditujukan kepada sang Nabi Saw. Nabi Saw merasa heran atas perubahan ini.
Dia berhenti dean bertanya perihal wanita tersebut kepada tetangganya apakah dia baik-baik saja karena dia tidak hadir untuk melemparkan sampah kepada Nabi Saw.
Tetangga wanita tersebut berkata bahwa wanita tua tersebut jatuh sakit dan terbaring di pembaringan.
Tatkala wanita tua tersebut melihat Nabi Muhamamad Saw, dia berpikir bahwa Nabi datang untuk menuntut balas atas perbuatanya.
Ia berkata "Mengapa Anda tidak menantikan aku hingga sembuh dan kuat?"
Nabi Muhamamad Saw berkata bahwa wanita tua tersebut bahwa dia tidak datang untuk menuntut balas, tetapi untuk melihat keadaan wanita tersebut sekiranya ia memerlukan pertolongan karena ia sakit. Beliau berkata bahwa Allah memerintahkan kepada kita manusia untuk merawat orang-orang sakit.
Wanita tua tersebut sangat terkejut mendapatkan Nabi Muhamamd Saw demikian baik terhadapnya setelah dia memperlakukan Nabi Saw secara buruk. Dia memutuskan untuk mendengarkan Nabi Saw dan menjadi seorang muslim.
Sumber Rujukan:
Majlisi, Biharul Anwar, bag. Kehidupan Nabi Muhammad Saw.
Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah teladan Nabi Muhammad Saw di atas adalah:
Berbuat baik kepada orang meskipun mereka jahat terhadap kalian. Sehingga mereka menyesali atas perlakuan buruk mereka dan menjadi orang yang baik.
Datang dan jenguklah orang-orang sakit dan tanyakan kepada mereka sekiranya mereka memerlukan pertolonganmu. Jika kalian sakit, tidakkah kalian akan merasa senang jika teman-teman kalian datang menjegukmu?
Kegiatan
Suatu waktu seseorang yang kalian kenal jatuh sakit, mengapa kalian tidak pergi menjenguknya - barangkali kalian dapat membawakan sedikit hadiah untuknya - sehingga mereka merasa bahagia!
Nabi Muhammad Saw bersabda:
Seluruh perbuatanmu seyogyanya dilakukan hanya untuk mencari keridaan Allah.
2. Masjid Nabawi
Ketika orang-orang jahat Mekkah melanjutkan tindak kekerasan terhadap Nabi Muhammad Saw dan kaum Muslimin, Nabi Saw memutuskan untuk hijrah meninggalkan Mekkah untuk selamanya. Beliau menyampaikan kepada kaum Muslimin untuk berhijrah bersama dengannya ke Madinah, di mana kaum Muslimin yang lainnya menantikan mereka. Gerakan ini disebut sebagai Hijrah Nabi Saw.
Ketika Nabi Muhammad Saw tiba di Madinah, kaum Muslimin merasa bahagia dan menyambut mereka dengan hangat.
Pekerjaan yang pertama kali yang mereka lakukan adalah membangun sebuah masjid untuk kaum Muslimin.
Beliau memilih sebidang tanah yang dimiliki oleh dua orang anak yatim. Setelah membeli tanah tersebut untuk pembangunan masjid, beliau meminta kaum Muslimin untuk membantunya membangun sebuah masjid yang sederhana.
Seluruh kaum Muslimin membantu dalam melapangkan jalan dan menebang pepohonan dan ilalang. Setelah itu, pekerjaan pembangunan masjid dimulai. Nabi
Saw juga turut serta membantu pelapangan jalan untuk pembangunan masjid tersebut.
Masjid Madinah didirikan tidak hanya untuk keperluan ibadah. Kaum Muslimin juga datang ke masjid itu untuk menuntut ilmu. Ketika Nabi Saw hadir di Masjid, mereka mendengarkan sabda-sabda beliau. Dan jika Nabi Saw tidak hadir di Masjid, sahabat-sahabat yang lain yang memberikan pelajaran yang didapatkan dari Nabi Muhammad Saw.
Suatu waktu Nabi Saw memasuki masjid untuk menunaikan salat. Beliau menjumpai dua kelompok di dalam masjid. Kelompok pertama sedang sibuk dengan salat mereka, kelompok lainnya sedang sibuk belajar dan mengajar. Mereka belajar membaca dan menulis dan mendiskusikan ajaran-ajaran Islam.
Melihat kedua kelompok ini, Nabi Saw bersabda: "Kedua kelompok melakukan hal yang berguna. Akan tetapi Aku adalah seorang pengajar. Aku akan bergabung dengan kelompok yang sedang sibuk belajar dan mengajar." Lalu Nabi Saw duduk dengan kelompok pelajar.
Sumber Rujukan:
Al-Garawi, al-Amtsalun Nabawiyyah.
Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah teladan Nabi Muhammad Saw di atas adalah:
Nabi Muhammad Saw tidak pernah duduk santai sementara orang-orang sibuk bekerja. Ketika masjid dibangun, beliau bekerja sebagaimana yang lain.
Mengkaji ilmu-ilmu Islam adalah bagian dari ibadah.
Nabi Muhammad Saw bersabda:
Ayyuhannas! Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua pusaka berharga; Kitabullah (Al-Qur'an) dan Itrahti (Ahlul Baitku). Kalian tidak akan pernah tersesat selamanya jika berpegang teguh kepadanya. (Sunan Tirmidzi, Hadits 4036)
3. Dan Aku Yang Akan Mengambil Kayu Bakar
Nabi kita, Nabi Muhammad Saw diutus oleh Allah untuk menjadi guru kita. Beliau bersabda "Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak."
Beliau mengajarkan kepada kaum Muslimin dalam banyak jalan. Terkadang beliau mengajar mereka dengan kata-kata dan ceramah-ceramah.
Lain waktu, kaum Muslimin berbuat sesuatu di hadapan Nabi Muhammad Saw dan beliau tidak mmenegur. Maka, mereka dapat mengambil kesimpulan bahwa apa yang mereka lakukan sudah benar, karena kalau tidak, Nabi Saw pasti akan menegur mereka.
Suatu hari, Nabi Muhammad Saw dan beberapa sahabat pergi melakukan perjalanan. Setelah berjalan beberapa lama, mereka kelelahan, lalu mereka berhenti sejenak untuk beristirahat.
Mereka memutuskan untuk mendirikan tenda kecil dan memasak makanan.
Salah seorang dari mereka berkata bahwa dia akan pergi dan membunuh seekor domba sehingga mereka dapat masak. Yang lainnya berkata bahwa dia akan menguliti kulit domba tersebut sebelum dimasak. Yang lainnya berkata bahwa dia akan menyalakan api dan memasak daging.
Setiap orang berkata bahwa mereka akan melakukan pekerjaan tertentu sehingga mereka dapat melakukannya dnegan cepat dan seimbang.
Nabi Muhammad Saw bersabda bahwa dia akan pergi mengumpulkan dan membawa kayu baker dari hutan.
Seluruh sahabat berkata kepada beliau bahwa beliau tidak perlu untuk melakukan apa pun. Mereka yang akan melakukan semua hal ini.
Nabi Muhammad Saw berkata kepada mereka bahwa mereka dapat melakukan pekerjaan ini, akan tetapi Allah Swt tidak menyukai seseorang duduk berdiam diri dan membiarkan orang lain sibuk bekerja.
Nabi Saw juga berkata kepada mereka bahwa meskipun beliau adalah pemimpin mereka, akan tetapi beliau tidak suka mendapatkan perlakuan khusus dari mereka. Karena Allah tidak menyukai orang yang berpikir bahwa dirinya lebih baik dari orang lain.
Sumber Rujukan:
Mutahhari, Dastan-e Rastan
Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah teladan Nabi Muhammad Saw di atas adalah:
Ketika duduk berdiam diri dan membiarkan orang lain sibuk bekerja, sikap seperti ini akan membuat kita menjadi malas.
Kita harus bekerja bahu-membahu, sehingga pekerjaan yang ada dapat segera diselesaikan dengan cepat dan mudah.
Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan perhatikan dengan baik dan jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:
Apa yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw perihal maksud diutusnya beliau?
_______________________________________________
_______________________________________________
Tiga perkara apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw yang harus dilakukan oleh kaum Muslimin?
_______________________________________________
_______________________________________________
Pada masa perjalanan, mengapa Nabi Saw juga turut membantu dalam menunaikan pekerjaan yang ada?
_______________________________________________
_______________________________________________
Apa yang akan terjadi jika kita membiarkan orang lain melakukan pekerjaan untuk kita?
_______________________________________________
_______________________________________________
Pernahkan kalian mengadakan perjalanan dengan orang lain? Apakah kalian duduk berdiam-diri atau membantu menyelesaikan pekerjaan yang ada?
_______________________________________________
______________________________________________
Nabi Muhammad Saw bersabda:
Allah tidak melihat apa yang engkau katakan atau kekayaan yang engkau miliki, Dia melihat kepada apa yang engkau yakini dalam hati dan bagaimana engkau mengamalkannya. (Biharul Anwar, Vol 77, hal 88.)
4. Kita Semua Miskin di Hadapan Allah
Nabi Muhammad Saw sedang duduk di masjid di Madinah memberikan ceramah dan pengajaran kepada beberapa pengikutnya sembari menantikan waktu salat tiba.
Seorang kaya yang mengenakan busana mahal datang dan duduk di hadapan Nabi Muhammad Saw untuk mendengarkan ceramah beliau.
Sementara itu seorang lagi juga datang untuk mendengarkan ceramah Nabi Saw dan mengambil tempat duduk di samping si orang kaya tadi.
Orang yang kedua yang datang bukanlah orang kaya, dia adalah seorang miskin. Pakaian lusuh dan sobek yang ia kenakan menandakan betapa miskinnya dia.
Si orang kaya tidak senang kalau si miskin duduk di sampingnya. Dia menarik pakaian menarik, baru dan mahalnya lebih dekat, sehingga tidak akan tersentuh oleh pakaian kotor, lusuh dan sobek si miskin.
Nabi Muhammad Saw mengamati apa yang dilakukan oleh si kaya dan merasa kecewa dan terganggu oleh sikap orang kaya tersebut. Beliau bertanya kepada si kaya mengapa dia bersikap seperti itu.
Apakah karena dia berpikir bahwa kekayaannya akan berpindah kepada si miskin, atau karena takut kemiskinan akan mendatanginya?
Si orang kaya, yang bukan merupakan orang jahat, menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah salah dan merasa menyesal.
Untuk menebus kesalahannya dan menunjukkan betapa menyesalnya dia, dia meminta maaf kepada si miskin dan menawarkan kepadanya separuh dari kekayaannya.
Si miskin berkata kepadanya bahwa dia menerima permintaan maafnya dan memafkannya, namun tidak menginginkan separuh kekayaannya.
Ketika ditanya kenapa, dia berkata bahwa dia takut kekayaan itu akan membuatnya pongah terhadap saudara Muslimnya.
Sumber Rujukan:
Mutahhari, Daastan-e Raastan
Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah teladan Nabi Muhammad Saw di atas adalah:
Bagi Allah , kaya dan miskin tidak ada bedanya.
Orang yang paling dekat kepada Allah adalah orang yang mentaati-Nya dalam seluruh perbuatan.
Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan berilah jawaban atas beberapa pertanyaan di bawah ini:
Mengapa si orang kaya menjauh dari si miskin?
_______________________________________________
Sebutkan alasan-alasan apa yang membuat Nabi Muhammad Saw kecewa terhadap perbuatan si kaya tersebut?
_______________________________________________
_______________________________________________
Mengapa si miskin menolak tawaran si kaya?
_______________________________________________
_______________________________________________
Tahukah kalian siapa yang paling dekat dan mulia di hadapan Allah Swt?
Lihat dan salinlah terjemahan ayat 13 dari surah al-Hujurat untuk menemukan siapa orang yang paling dekat dan mulia di hadapan Allah Swt?
_______________________________________________
_______________________________________________
Nabi Muhammad Saw bersabda:
Janganlah murka jika sesuatu membuatmu marah. Duduklah dan inglatlah betapa pengasih dan penyabarnya Allah kepada kita ketika kita membuatnya murka. Meskipun dia memiliki kekuatan atas kita.
Thursday, June 30, 2011
PesaNan Wasiat-WasiaT Ayatullah Al-Uzhma Sayyid Syihabuddin Al-Mar'asyi An-Najafi
Allah SWT berfirman didalam kitab-Nya yang mulia:
"Dan sesungguhnya Kami telah mewasiatkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertaqwalah kepada Allah" (Q.S. Annisa:131).
Allah SWT berfirman:
"...Dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: tegakkanlah agama" (Q.S. Asy-Syra: 13)
"Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagi kamu, maka jangan kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam. Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".(Q.S.Al-Baqarah: 132-133).
Rasulullah saww bersabda: “Barang siapa yang tidak berwasia dengan kebaiikan disaat menjelang wafat, makahal itu menunjukkan bahwa akal dan harga dirinya kurang”[1].
Imam Ja'far Ash-Shadiq (as) berkata:
"Wasiat adalah kewajiban bagi setiap orang Islam"[2].
Beliau (as) berkata: "Jika umurmu berkurang hingga tinggal dua hari maka jadikanlah salah satu dari keduanya untuk urusan akhiratmu dengan meminta tolong (berwasiat) didalam urusan kematianmu nanti. Dikatakan: Jenis pertolongan apakah itu? Beliau berkata: Supaya ia mengurusi hal-hal sepeninggalmu nanti"[3].
Wasiat merupan suatu ikatan yang menghubungkan antara kehidupan manusia dan kematiannya. Dan ini adalah termasuk diantara sunah-sunah Allah untuk hamba-Nya, maka setiap person hendaklah mewasiatkan dengan apa yang dia miliki setelah kematiannya. Akan tetapi wasiat bermacam-macam jenisnya tergantung siapa yang mewasiatkan tersebut. Tuhan kita umpamanya, mewasiatkan hamba-Nya supaya bertaqwa dan menegakkan agama, para nabi mewasiatkan supaya berpegang teguh dengan Islam dan beribadah kepada Allah, Muhammad saww sebagai penutup para nabi mewasiatkan kepada Ali (as) dengan empat ratus wasiat, dan para Washi (Imam) juga salang mewasiatkan antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan para Ulama' yang merupakan pewaris para nabi dan orang-orang yang mendapatkan petunjuk dari para Washi (para Imam as) maka selalu mencontoh mereka, oleh karena itu mereka juga berwasiat kepada para putranya dan seluruh manusia setelah sepeninggalnya dengan wasiat-wasiat yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus. Yang pertama kalinya adalah berwasiat untuk bertaqwa, menjaga agama, serta menyembah Tuhan Pencipta alam semesta. Hal tersebut sebagaimana kami temukan didalam wasiat-wasiat para Ulama sedunia seperti wasiatnya Sayyid Ibnu Thawus kepada putra beliau yang bernama Muhammad, dan wasiat Al-Allamah Al-Hilli kepada putranya seorang tokoh para peneliti yang paling dibanggakan.
Diantara orang-orangalim tersebut adalah Sayyid Al-mar'asyi An-Najafi –Quddisa sirruh- dimana beliau telah mengikuti jalan mereka dana meninggalkan wasiat-wasiat yang nilainya harus ditulis diatas pipi bidadari dengan pena cahaya, yang telah ditulis didalam tiga risalah beliau.
Wasiat Pertama
Sepotong dari risalah Ath-Thariq wal-Mahajjah Litsamratil Muhjah :
1. Didalam penutup saya wasiatkan kepadanya untuk bersiap sedia menerima ejekan didalam menyebarkan agama yang lurus dan membela mazdhab yang benar. Beliau (Imam Husain as.) telah menjadi terasing seraya mamanggil-manggil dengan suara beliau yang lantang: Masih adakan orang yang sudi menolongku?adakah seorang pembela yang sudi membelaku?. Dan aku tidak melihat seorang yang memenuhi panggilan serta teriakan beliau kecuali hanya sedikit sekali –Semoga Allah berkenan menerima usaha atau jerih payah mereka, dan semoga berkenan membalas mereka dengan sebaik-baik balasan-.
2. Aku wasiatkan kepadanya untuk bertadabbur didalam kitab Allah dan mengambil nasihat darinya, berziarah kekubur dan berfikir bahwa bahwa mereka adalah orang-orang yang kemaren masih ada (hidup) namun apa yang terjadi sekarang ini, dan bagaimanakah sekarang mereka adanya? Mereka telah menjadi bagaimana serta dimana sekarang mereka berada?
3. Memperkecil sekup pergaulan, sesungguhnya pergaulan dan ikut campur didalam ajakan-ajakan manusia dimasa-masa sekarang ini adalah sangat berbahaya[4]. Sedikit sekali terlihat orang yang mengajak untuk menjauhkan diri dari berbuat dosa, membincangkan (menghibah) haknya orang-orang mukmin dan merugikan mereka, serta menyia-nyiakan hak-hak mereka dan saudara-saudara mereka.
4. Aku wasiatkan kepadanya agar menyambung hubungan sanak famili, karena hal itu adalah termasuh diantara sebab-sebab yang terkuat untuk mendapatkan pertolongan Allah, mendapatkan berkah didalam umur serta rirkinya.
5. Aku wasiatkan kepadanya hendaknya selalu berkreatif menulis, mengarang dan mencetak buku-buku teman-teman kami dulu, terutama kitab-kitab orang2 saleh, karena ia lebih kuat didalam menyebar luaskan mazhab dimasa-masa yang menyedihkan sekarang ini serta zaman yang sudah terbalik.
6. Aku wasiatkan kepadanya untuk berzuhud, menelusuru jalan-jalan kewara'an dan keteguhan serta kehati-hatian.
7. Aku wasiatkan kepadanya untuk selalu langgeng membaca ziarah Al-Jami'ah Al-Kabirah walaupun dalam satu minggunya hanya sekali saja.
8. Aku berwasiatkan kepadanya untuk selalu sibuk dan sungguh-sungguh didalam mengkaji ilmu-ilmu syari'ah
9. Aku wasiatkan kepadanya untuk menjauhkan diri dari membincangkan hamba-hamba Allah terutama ahli ilmu pengetahuan, karena sesungguhnya menghibah mereka adalah sama halnya dengan memakan bangkai yang teracuni.
10. Aku wasiatkan kepadanya untuk selalu membaca surat Yasin setelah melakukan shalat shubuh setiap harinya satu kali, membaca surat An-Naba' setelah menjalankan shalat Dzuhur, membaca surat Al-Ashr setelah melakukan shalat ashar serta membaca surat Al-Waqi'ah setelah menjalankan shalat maghrib, dan yang terahir membaca surat Al-Muluk setelah menjalankan shalat fardhu Isya'. Dan aku tekankan kepadanya untuk selalu istiqamah didalam menjalankan apa-apa yang telah aku sebutkan tadi, karena sesungguhnya aku mendapatkan cara-cara ini dari para guruku yang mulia dan aku telah mencobanya berkali-kali.
11. Aku wasiatkan kepadanya untuk selalu beristiqamah didalam membaca do'a yang mulia sebagai berikut ini didalam qunut-qunut shalat fardhu "Allahumma inni as'aluka bihaqqi Fathimata wa Abiha wa Ba'liha wa Baniha wassirril mustauda'i fiha[5] an tushalliya 'ala Muhammadin wa'ali Muhammad wa antaf'ala bi ma Anta Ahluh wala taf'al bi ma ana ahluh".
12. Aku wasiatkan kepadanya untuk selalu beristiqamah membaca do'a sebagai berikut dibawah ini setelah membaca dzikir ruku' terutama didalam raka'at yang terahir: "Allahumma shalli 'ala Muhammadin wa ali Muhammad wa tarahham 'ala ajzina wa aghitsna bihaqqihim ya Arhamarrahimin"[6].
13. Aku wasiatkan kepadanya untuk selalu beristiqamah didalam membaca tasbihnya nenek kami Sayyidah Azzahra Al-Batul –ruhi laha Al-Fida'-[7]
14. Aku wasiatkan untuk selalu melanggengkan bertadabbur (merenungi) khuthbah Sayyidah zahra yang suci tersebut, yang mana beliau berkhuthbah dimasjid Nabi saww, sebuah khuthbah yang sangat masyhur dan mencengangkan para pakar bahasa fasih, para sastrawan serta para ulama'. Sejumlah orang dari kalangan para ulama' salaf telah meriwayatkannya, seperti Ibnu Thaifur al-Baghdadi didalam kitabnya yang berjudul Balaghatunnisa' dan lain-lainnya didalam kitab-kitab yang lainnya pula.
15. Begitu juga aku wasiatkan kepadanya untuk selalu merenungkan khuthbah Asy-syaqsyaqiyyah[8] yang dilontarkan oleh Amirul mukminin dan tuannya orang-orang yang mazhlum didalam masjid. Sekelompok para penukil telah meriwayatkannya pada ketetapan yang bermacam-macam dari dua mazhhab (Syi'ah dan Ahlussunnah penj.).
16. Aku wasiatkan kepadanya untuk selalu menegakkan shalat malam dan beristighfar diwaktu sahur (fajar).
17. Aku wasiatkan kepadanya untuk selalu menyambung sanak kekerabatan terutama saudara saudarinya serta berbuat baik didalam memenuhi hak-hak mereka. Karena sesungguhnya aku tidak meninggalkan apapun setelah sepeninggalku berupa barang-barang duniawi, setiap barang-barang itu sampai ketanganku, aku langsung membagi-bagikannya kepada orang-orang yang memerlukan terutama kepada orang-orang alim serta untuk nazar-nazar khusus. Aku akan meninggalkan dunia dalam keadaan tidak meninggalkan wasiat barang-barang dunia sekulit aripun kepada para ahli waris, dan aku pasrahkan urusan mereka kepada Tuhanku Yang Maha Mulia, aku bekali mereka dengan dzikir-dzikir yang bagus dan pujian-pujian (tsana') yang wangi. Karena sesungguhnya apabila aku sibuk dengan membagikan waris kepada mereka, tentunya berjuta-juta orang bebas diantara masyarakat akan tetap ditempatku karena kuatnya kepercayaan mereka kepada diriku, cobalah pikirkan wahai orang-orang yang berakal.
18. Aku wasiatkan kepadanya untuk mempelajari Al-Qur'an Al-Karim yang agung dan hadits-hadits yang mulia, karena ia merupakan obat untuk jenis-jenis penyakit hati serta penerang batin.
19. Aku wasiatkan kepadanya untuk selalu terus melakukan tawassul dan kelanggengan didalam berdo'a serta berzikir.
20. Aku wasiatkan kepadanya supaya menjahui perkara-perkara batil dan menghabiskan umur didalam hal-hal yang tidak berarti, karena telah diriwayatkan bahwa sesungguhnya Allah SWT membenci seorang pemuda yang menganggur.
21. Aku wasiatkan kepadanya untuk beristighfar dipertengahan malam, pagi-pagi dan sore hari.
22. Aku wasiatkan kepadanya untuk berbuat baik kepada murid-murid yang telah aku bimbing yang berjiwa suci dan orang2 yang selalu membantuku secara baik.
23. Aku wasiatkan kepadanya untuk selalu tidak lupa mendo'akan aku di masyhad-masyhad para Imam yang mulia, dimasyhad-masyhad para putranya, serta diwaktu haji dan umroh.
24. Aku wasiatkan kepadanya untuk bersungguh-sungguh didalam menjalankan syi'ar-syi'ar husainiyyah yang telah aku bangun di kota Qum yang suci ini.
25. Aku wasiatkan kepadanya untuk mengubur kantung yang telah aku isi dengan turbah-turbah (tanah-tanah) makam para Imam, putra-putra mereka, sahabat-sahabat mereka, serta kubur para pembesar Ulama' kita bersamaku sebagai tabarruk. Dan aku wasiatkan kepadanya hendaknya aku dikuburkan bersamaku pakaianku yang berwarna hitam yang selalu aku pakai di bulan Muharram dan shafar karena mengenang kesedihan musibah keluarga Nabi yang mulia saww.
26. Aku wasiatkan kepadanya hendaknya dikubur bersamaku sebuah sajadah yang selalu aku gunakan untuk menjalankan shalat malam selama empat puluh tahun [9].
27. Aku wasiatkan kepadanya hendaknya dikuburkan bersamaku sebuah tasbih yang terbuat dari turbah yang selalu aku gunakan untuk beristighfar setelahnya di waktu sahur (fajar kidzib).
28. Aku wasiatkan kepadanya hendaknya diletakkan diatas dadaku didalam kafan sebuah sapu tangan yang selalu aku pergunakan untuk menyapu air mataku dalam mengenang kesedihan-kesedihan kakekku Al-Husain yang mazhlum dan seluruh Ahlulbayt yang mulia –salamullah alaihim ajma'in-.
29. Aku wasiatkan kepadanya hendaknya menajadikan pengganti untukku seorang yang shaleh untuk melaksanakan ibadah haji dan ziarah ke makam rosulullah, karena sesungguhnya aku sangat cinta sekali dengan keduanya akan tetapi aku tidak memiliki kemampuan harta benda. Dan demikian juga hendaknya mengambil seorang hamba shaleh yang akan menggantikan aku untuk melakukan ziarah ke berbagai masyhad di Irak, akan tetapi aku tidak memiliki harta benda untuk aku berikan kepada kedua orang tersebut kecuali hanya dapat menggantikannya dengan sejumlah jilid kitab-kitab fikih, ushul serta hadits. Dan aku berharap kepada putra-putraku hendaknya berkenan untuk mencurahkan masalah tersebut, Tuhanku Maha Mengetahui bahwa aku tidak memiliki sejengkal tanahpun dan tidak pula memiliki harta benda ataupun uang.
30. Aku wasiatkan kepada dia untuk selalu dalam kondisi suci (wudlu) karena sesungguhnya hal itu merupakan penerang bagi batin dan menghilangkan kesumpekan serta kesusahan.
31. Aku wasiatkan kepada dia untuk menentukan seseorang yang menyuarakan keras didalam menggiring jenazahku, dan menentukan orang untuk memintakan kehalalan padaku dari setiap orang yang memiliki hak atas diriku sedangkan aku telah kelewatan menepatinya.
32. Aku wasiatkan kepada dia untuk berhias diri dengan akhlak yang baik, bertawadhu', meninggalkan arogansi, pemaksaan serta takabur terhadap orang-orang yang beriman.
33. Aku wasiatkan kedapa dia untuk selalu menghisab dan menginstropeksi diri didalam setiap minggunya secara jeli, karena sesunguhnya apabila terdapat suatu kesalahan darinya akan bisa digantinya dengan bertaubat, dan apabila terdapat amal perbuatan yang baik ia dapat bersyukur kepada Alloh swt atas nikmat tersebut serta memohon bertambahnya taufik dari-Nya .
34. Aku wasiatkan kepada dia agar selalu beristiqamah melakukan sunah-sunah dan meninggalkan hal-hal yang lebih baik ditinggalkan serta hal-hal yang makruh selagi masih mampu.
35. Aku wasiatkan kepada dia untuk selalu membaca Al-Qur'an yang mulia dan menghadiahkan pahalanya kepada segenab arwah orang-orang syi'ah (pembela) keluarga rasul yang tidak memiliki ahli waris, atau tidak memiliki orang-orang yang mau mengingat mereka, karena sesungguhnya aku telah mencoba mengamalkan kebaikan-kebaikan ini berkali-kali, dan Tuhanku Yang Maha Mulia telah sudi menolongku serta memberikan kesuksesan padaku dengan sebab hal tersebut.
36. Aku wasiatkan kepada dia untuk menjadikan sepertiga dari amal-amal sunnahnya dihadiahkan kepada orang tuanya, seper tiga lagi untuk ibunya, dan sepertiga yang lain untuk sanak kerabat. Arwah mereka akan merasa senang sekali dengan hal ini dan akan mendoakan kepada dia supaya diberikan rizki kebaikan dunia dan akhirat.
37. Aku wasiatkan kepadanya agar mensucikan jiwa, dan bersungguh-sunguh mengamalkan syari'at, karena sesungguhnya aku meraih segala apa yang aku dapatkan adalah berkat hal itu, dan Tuhanku menganugerahkan kepadaku sesuatu yang belum pernah terlihat oleh pandangan putra-putra masa kini, tidak pula terdengar oleh telinga mereka. Maka segala puji bagi-Nya SWT atas segala pemberian yang agung ini serta anugerah yang sangat besar. Sebagian rahasia-rahasia ini telah aku sangat wasiatkan didalam kitab khusus yang aku beri nama Salwatul Hazin, dan didalam kitab Mu'nisul Ka'ib Al-Mudh-Thahad dan selainnya didalam kitab Raudhathur-Riyahin serta didalam kitab nasimatush Shaba berilah nama apa saja yang kamu suka duhai anakku.....
38. Aku wasiatkan kepada dia untuk selalu menjaga hal-hal yang diharamkan oleh agama, menjauhkan diri dari perkara-perkara yang syubhat (samar hukumnya), serta berpendirian teguh dan berhati-hati. Dalam wasiat yang terahir kali aku memberikan izin kepada saudara-saudaramu yang mulia, anak-anak pamanmu, murid-muridku yang sukses serta seluruh manusia utama yang menjadi petunjuk dari (mazhab) keluarga suci para Imam untuk meriwayatkan dariku apa-apa yang aku riwayatkan dari mereka yang suci –'Alaihim As-Salam- (bith-Thariq walmahajjah Tsamratul Muhjah) sudah tiba saatnya kita untuk mencegah fitnahan orang-orang yang tidak berakal serta merahasiakan apa-apa yang kita maksudkan....
Ditulis oleh seorang hamba yang hina, pembantu ilmu-ilmu Ahlulbait (as) yaitu Abul Ma'ali Syihabuddin Al-Husaini Al-Mar'asyi An-Najafi –Semoga Allah berkenan untuk memaafkan beliau-. Beliau disetiap saatnya, dimalam kamis sepuluh terahir dari bulan Rabiul awwal dan Rabiuts-Tsani tahun 1398 hijriyah, selalu berada di Haram Sayyidah Fathimah Al-Ma'shumah yang agung salah seorang wanita mulia dari keluarga Rasulullah saww yang berada di kota Qum yang mulia, haramnya para Imam yang suci, haramnya para pecinta keluarga Muhammad saww dalam keadaan beribadah, bertahmid, melakukan shalat serta beristighfar.